Selasa, Oktober 14, 2008

NERACA PENGAMPUNAN

Darah Corrie ten Boom serasa membeku ketika pria itu mengulurkan tangan untuk meminta maaf. Padahal ia baru saja berkhotbah tentang pengampunan Allah, didepan sebuah jemaat di Jerman. Rupanya pria itu bukan pria biasa. Ia mengaku sebagai penjaga kamp konsentrasi di Ravensbruck selama PD II. Dan Ravensbruck adalah suatu ingatan buruk bagi Corrie. Disitulah ia dan kakaknya dipenjarakan karena mereka menyembunyikan orang -orang Yahudi dirumah mereka.

Disitu hari demi hari mereka dilecehkan, ditelanjangi, diludahi "Saya membencinya sedalam-dalamnya " kenang Corrie.

Ia berkata kepada Tuhan dalam hatinya "Kau memerintahkan kami bahwa kami harus mengasihi musuh kami. Itu mustahil bagiku, namun tidak ada yang mustahil bagiMu.

Corrie merasa tidak kuat, dan tidak siap untuk mengampuni. Namun ia merasakan dorongan halus dari Tuhan, untuk membalas uluran tangan pria itu. "Barulah setelah saya menunjukkan ketaatan.," Saya merasakan seperti minyak hangat dicurahkan ke atas saya . . . dan kebencian dalam hati saya pun sirna.

Saat kita konflik dengan sesama dan kita merasa lebih benar, kita merasa berhak untuk memendam kebencian pada orang yang telah menyakiti kita itu. Kita menuntut mereka untuk meminta maaf terlebih dulu, sebelum kita melepas pengampunan kepada mereka.Bahkan seperti Corrie meskipun orang tersebut sudah meminta maaf kita masih berat untuk mengampuninya.

Kebenaran Tuhanlah yang telah membebaskan Corrie, dan kebenaran itu juga yang kita perlukan saat kita bergumul dengan pengampunan..

Dalam suatu pemeriksaan seorang polisi bernama van de Broek menuturkan perilaku kejinya. Ia dan beberapa perwira lain menembak seorang anak laki-laki 8 tahun, dan membakar tubuh anak itu seperti sate untuk menghilangkan bukti. Delapan tahun kemudian van de Broek kembali ke rumah yang sama dan menangkap ayah si anak. Istrinya dipaksa menyaksikan para polisi mengikat suaminya pada tumpukan kayu. Mengguyurkan bensin ke tubuhnya dan menyalakannya.

Ruang pemeriksaan menjadi hening saat ibu bersangkutan diberi kesempatan untuk menanggapi. Ibu itu menjelaskan , ia ingin van de Broek pergi ke tempat mereka dulu membakar suaminya dan agar mengumpulkan abunya, agar ia dapat melakukan pemakaman dengan layak. Dengan kepala tertunduk polisi itu mengangguk.

Kemudian, ibu itu mengajukan permintaan tambahan, " Tuan van de Broek telah mengambil seluruh keluarga saya, dan saya sebenarnya masih memiliki banyak kasih yang ingin saya bagikan. Karena itu 2 kali sebulan, saya ingin dia dating ke kampong saya dan menghabiskan waktu satu hari bersama dengan saya dan menghabiskan waktu satu hari bersama saya, agar saya dapat menjadi ibu baginya. Dan saya ingin tuan van de Broek tahu juga bahwa ia telah diampuni oleh Tuhan, dan bahwa saya juga mengampuni dia. Saya ingin memeluknya agar ia tahu bahwa saya benar-benar pengampunan saya ini sungguh sungguh.

Secara spontan beberapa orang dalam ruangan itu mulai melantunkan "Amazing Grace", saat perempuan lansia itu melangkah menuju tempat saksi, namun van de Broek tak mendengar nyanyian itu. Ia telah telah jatuh pingsan tak sadarkan diri.

Sikap ibu itu mengajarkan bahwa : hanya satu tanggapan atau reaksi yang dapat mengalahkannya.

Pembalasan dendam hanya akan melanggengkan kejahatan itu.

Keadilan hanya akan menghukumnya

Kejahatan hanya akan dikalahkan oleh kebaikan bila pihak yang disakiti bersedia menyerapnya, mengampuninya dan menolak untuk membeiarkan menyebar lebih jauh.

Alkitab jelas-jelas mengaitkan pengampunan kita terhadap sesama dengan pengampunan Bapa terhadap kita

"Jika kamu mengampuni kesalahan orang maka Bapa di Surga akan mengampuni kamu juga"

Yang lebih berat lagi, Tuhan menuntut kita mengampuni menurut standar pengampunanNya. "Hendaklah kamu saling mengampuni, sebagaimana Allah didalam Kristus telah mengampuni kamu."

Perumpamaan tentang hamba yang berutang 10.000 talenta dihapuskan utangnya, namun ia tak mau mengampuni orang yang berhutang 100 dinar kepadanya. Sadarkah anda betapa besar utang kedua orang ini ?

Mari kita berhitung : satu dinar setara upah satu hari. Satu talenta bernilai kira-kira 6.000 dinar. Ini artinya upah rata-rata seorang buruh biasa selama 19 tahun. Jadi 100 dinar dibandingkan dengan 10.000 talenta kira-kira seperti 100 hari dibanding dengan 190.000 tahun.

Apa yang hendak Yesus sampaikan dengan perumpamaan ini ? Betapa pun buruk dan seringnya orang menyakiti kita, dan tidak peduli betapa hebat kebulatan hati kita yang kita perlukan untuk mengampuninya kalau Allah melihat kehidupan kita, diperlukan jauh lebih banyak kemurahan bagiNya untuk mengampuni kita daripada kemurahan kita mengampuni orang lain. Kalau kita berharap Allah mau mengampuni kita atas dosa-dosa kita yang tak terkira, tidaklah berlebihan kalau kita diminta mengampuni orang yang bersalah, bahkan yang bersalah tujuh puluh kali tujuh kali terhadap kita.

Allah sudah mengampuni kita jadi alangkah naifnya bila kita tak mengampuni musuh kita.

Camkan ini, bila anda masuk sorga kelak dan anda belum mengampuni seseorang, bagaimana pendapat penghuni sorga yang lain. Apakah anda tak merasa malu anda seorang diri yang tidak mengampuni ?


(MAKANAN KERAS )
Di sorga tak ada sesuatu yang tidak kudus, semuanya mulia dan penuh kasih. Bila anda menyimpan dendam bahkan tak mau mengampuni saudaramu sampai ajalmu maka anda akan membawa benih atau sifat dosa itu dalam kekekalan. Bayangkan anda adalah seorang yang aneh dan kontroversial di Sorga. Orang -orang suci di sana pasti segan dan tak sudi mendekat kepada anda karena anda memiliki sesuatu yang tak dimiliki oleh mereka yaitu dosa kebencian.

Karena itu selama anda bernapas dan masih hidup di dunia yang fana ini anda harus belajar mengampuni dan jangan sampai ada seseorang yang masih anda benci sampai anda masuk keliang lahat.

Saat ini bisa jadi ingatan akan kesalahan seseorang mengusik benak anda. Mengana tidak mengikut teladan Yesus dengan mendoakan dan memberkati musuh anda ?
(kutipan)


SELAMAT MENGAMPUNI!!

JESUS BLESS YOU

Tidak ada komentar: